INFODESA - Anggau adalah orang mati yang kemudian menjadi hantu jadi-jadian. Menurut kepercayaan orang Rokan, hantu ini berasal dari orang yang semasa hidupnya suka melakukan 9 macam dosa diantaranya adalah:
Pertama pembohong, kedua selalu ingkar janji, ketiga pengkhianat, keempat suka melakukan riba, kelima bókati duó/ bócupak duó, pedagang yang memakai dua timbangan untuk keuntungan dirinya, keenam duik bórujong, rentenir yang memberikan pinjaman dengan bunga tinggi.
Ketujuh mengerjakan kezaliman. merugikan atau menyakiti orang lain dengan cara berlebih-lebihan, kedelapan berbuat serong dengan istri orang atau seorang perempuan yang serong dengan laki-laki lain, dan kesembilan menghukum dengan tidak berdasarkan kebenaran.
Setelah tujuh hari mayatnya dikubur ia akan menjadi makhluk jadi-jadian yang dinamakan anggau. Proses terjadinya anggau dimulai dengan:
Pertama, ditemukan lobang di atas kuburannya dan keluar asap putih dari dalam kuburan yang menggumpal membentuk rupa si mati.
Kedua, selama tujuh hari anggau tersebut akan menjenguk kaum famili serta kerabat dekatnya satu-persatu, caranya berjalan melompat-lompat sambil menutup muka dengan tangannya (karena malu), suaranya seperti orang yang berbicara dengan hidung yang disumbat, apabila datang ke salah satu rumah saudaranya maka ia akan meminta diambilkan nasi putih dingin untuk dimakan atau mengungkapkan kalimat "mintak nasik sojuk".
Ketiga, setelah tujuh hari menjadi anggau maka segera berubah bentuk menjadi gudiman, yaitu berupa manusia yang berjalan dengan merangkak memakai empat kaki, mukanya mirip dengan babi, tidak bisa lagi berbicara, dan makanan yang disukainya adalah bangkai.
Keempat, setelah tujuh hari maka berubah pula ia menjadi tunturun, tubuhnya mirip monyet hitam bertangan panjang, mukanya mirip musang, berjalan dengan cara bergelantungan di atas kasau rumah dengan posisi kaki di atas dan kepala ke bawah, makanannya bangkai dan kotoran.
Apabila masuk dalam kandang ayam maka alamat luruh ayam dalam kandang tersebut akan dibunuhnya dengan cara menelan atau melulur kepala ayam tersebut hingga mati.
Setelah tujuh hari menjadi pula ia olang sui atau olang kótungkuih, elang berkaki manusia, bersayap, tubuh dan berkepalanya seperti burung elang tapi bertelinga seperti manusia, makanannya segala yang busuk- busuk.
Keenam, setelah tujuh hari berubah menjadi julah, tubuhnya seperti elang, berkaki manusia, mempunyai ekor panjang seperti ular, warnanya kasok (abu-abu).
Ketujuh, setelah tujuh hari berubah menjadi ramó terano, kupu-kupu besar bersayap tebal, bentangan sayapnya sehasta, warnanya seperti kain cindai, makan dari menghisap. air pelimbahan yang busuk.
Kedelapan, setelah tujuh hari menjadi kumbang dontiang, kumbang sebesar lengan, bertanduk, berkaki enam, bersayap dan moncongnya panjang, dan terbang di awang-awang hingga kiamat.
Menurut kapercayaan apabila kita didatangi ramó terano, atau kumbang dontiang maka alamat akan ada kaum famili atau saudara dalam keluarga akan meninggal dunia.